Laman

Jumat, 26 Oktober 2012

cara kerja sistem pengapian

Selama ini banyak orang
mengira bahwa mesin mobil
akan langsung menyala begitu
bunga api dari busi melompat.
Padahal tidak semudah itu,
untuk memantikan api dari busi sehingga mesin mobil
menyala dibutuhkan sebuah
proses panjang yang
melibatkan sejumlah
komponen. Komponen-komponen itu
adalah; distributor, koil, kabel
koil, kabel busi dan busi.
Ketika anda menyalakan
mobil -dan atas perintah
komponen yang dilalui oleh komponen-komponen
pengapian- api terpecik dari
busi dan memanaskan udara
serta bahan bakar diruang
bakar. Diruang bakar itu,
udara dan bahan bakar yang telah dipanaskan ditekan oleh
gerakan piston keatas pada
langkah kompresi. Beberapa
saat setelah proses kompresi
terjadi, barulah terjadi
ledakan yang menghasilkan langkah usaha. Proses tersebut berlaku pada
semua kendaraan-kendaraan
reli sampai saat ini. Tapi proses
pengapian seperti itu kurang
memuaskan karena sering
terjadi kegagalan (misfire) sehingga kinerja mesin
terganggu. Banyak factor
yang menyebabkan
terjadinya misfire, tapi
biasanya penyebab utamanya
adalah pengapian yang tidak tepat. Untuk mencegah misfire itu,
para pakar mencari solusi
dengan membuat bunga api
sebesar-besarnya sehingga
pemanasan bias lebih
dipercepat. Teknologi ini tetap saja tidak
memuaskan. Misfire tetap saja
terjadi. Pendapat bahwa
bunga api harus sebesar-
besarnya justru tidak
menjamin pengapian berjalan efektif dan efisien. Asumsi itu akhirnya bias
dianulir. Para peneliti menilai
bahwa ada dua hal terpenting
dalam system pengapian;
pertama adalah ketepatan
waktu (control timing) kapan percikan api terpantik dan
kedua harus tepat pada
silinder. Logikanya seperti ini;ruang
bakar (combustion chamber)
diibaratkan sebuah arus
sungai.Biasanya jika arus
sungai itu besar dan
permukaan airnya tinggi, maka tekanannya tinggi.
Sedangkan bunga api
diibaratkan sebagai orang
yang hendak menyeberangi
sungai itu. Pada arus sungai yang deras,
jauh lebuh gampang
menyeberangkan orang
berbadan kurus dibanding
gemuk. Pasalnya,
menyeberangkan orang yang gemuk akan mudah terbawa
arus dan membutuhkan
energi yang besar agar ia
sampai keseberang.
Sedangkan menyeberangkan
orang kurus akan lebih mudah karena bobotnya tidak terlalu
besar. Itulah analoginya.
Dengan demikian, yang besar
belum tentu akurat sampai
kesasaran dibandingkan
dengan yang tajam.
Akhirnya para ahli menilai
bahwa percikan api tidak
perlu terlalu besar, melainkan
mesti tajam dan tepat pada
sasaran. Makanya pada saat
sekarang ini busi berujung kecil antara 0,4mm-0,5mm.
lain dengan busi lama yang
ujungnya bias sampai 1,7mm.
Sekarang ini pun busi
berujung lebar ini masih
beredar. Meski busi telah diperbaharui,
masih juga ditemukan misfire.
Ini disebabkan adanya time
delay dari computer mobil ke
perangkatpengapian yang
memerintahkan busi untuk memercik. Pasalnya, sebelum
perintah dari computer sampai
ke busi, ia harus melewati
distributor dan arus dari koil.
Artinya, energi itu juga harus
melewati kabel koil dan kabel busi. Nah, kegagalan
pengapian ini juga bias
disebabkan kabel koil atau
kabel busi yang tidak beres
karena rusak. Untuk mengantisipasinya,
langksh pertama adalah
dengan menambah amplifier
untuk memperbesar dan
memperpanjang waktu
bunga api yang dipantik oleh busi. Inipun belum
memecahkan masalah.
Kemudian koil diperbanyak.
Setiap silinder memiliki satu
koil. Kabel busi masih tetap
dipakai, namun distributor ditiadakan. Artinya system
pengapian telah
menghilangkan satu
prosesnya, yaitu distributor. Seiring dengan perkembangan
waktu, ditemukanlah
teknologi yang lebih
sempurna. Koil langsung
ditempatkan tepat diatas busi.
Jadi setiap busi memiliki satu koil.Teknologi ini sudah
menghilangkan peran kabel
koil dan kabel busi. Bersamaan dengan itu pula,
system computer mobil reli
juga mengalami kemajuan
menakjubkan. Perangkat
computer itu bisa membaca
perintah-perintah mesin secara lebih detail, termasuk
menyempurnakan perintah
pada system pengapian.
Makanya sekarang ini voltase
koil mobil reli (baca World
Rally Car) lebih kecil disbanding mobil reli jaman
dulu. Namun memiliki spark atau
percikan energi jauh lebih
besar, yang dibantu program
computer yang canggih untuk
mengakurasikan waktu
pengapian yang tepat. Kecanggihan system
pengapian itu juga
berpengaruh pada tenaga
turbo yang diaplikasi pada
mobil reli. Pada system turbo,
kita mengenal adanya lag. Lag ini terjadi karena turbin
membutuhkan energi dalam
volume tertentu untuk
menggerakkan turbin
kompresornya guna
memadatkan udara keruang bakar. Lag ini rata-rata terjadi
sebelum 3000rpm. Makanya
pada waktu grup B masih ada,
salah satu pabrikan berupaya
mengatasi lag dengan
memakai supercharge diputaran bawah, dan turbo
baru bekerja diputaran atas. Hadirnya teknologi pengapian
yang canggih seperti
sekarang, membuat anti lag-
system muncul. Dengan
system ini, pengapian bisa
langsung ditingkatkan hingga lebih dari 40% begitu
pengemudi mengangkat gas
(lift throttle). Hal ini bisa
terjadi berkat perintah
computer berdasarkan switch
toggle atau persentasi posisi throttle. Dengan adanya
turbo, suhu di exhaust
manifold menjadi panas sekali.
Tak heran bila banyak orang
mengira bunyi mobil reli
meledak-ledak pada waktu lift throttle berasal dari mesin.
Padahal bukan! Sebetulnya suara itu bukan
berasal dari mesin, melainkan
dari exhaust manifold. Begitu
pereli melakukan lift throttle,
bahan bakar yang sudah
dipanaskan diruang bakar - dengan system pengapian
yang canggih- menyentuh
dinding exhaust manifold
yang bersuhu sangat panas.
Saat menyentuh dinding
exhaust manifold itulah terjadi ledakan. Karena
ledakannya terjadi sebelum
turbin exhaust turbo, maka
turbo tetap berputar. Itulah cara kerja pengapian
secara garis besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar