Suatu waktu kita perlu melakukan pemeriksaan Timming Belt karena
hal ini sangatlah penting , hal-hal yang harus dilakukan : 1. Saat
membongkar mesin atau menyetel kekencangan belt, periksalah belt dengan
seksama. Bila ada retak, ganti belt. 2. Periksa belt dari adanya oli
atau kotoran. Ganti bilamana perlu. Kotoran yang menempel harus
dibersihkan dengan menggunakan kain lap atau kertas kering. Jangan
membersihkan dengan memakai deterjen. Macam-macam kondisi timming belt :
1. bagian belakang karet keras, Permukaan belakang mengkilat, tidak
elastik dan keras, bila jari ditekan tidak menginggalkan bekas. 2.
Permukaan belakang karet ada retakan. 3. Ada retakan di geriginya 4.
Lihat geriginya udah aus , Tooth flank pada sisi bebanva tampak seperti
kanvas (kanvas tampak usang, warna karet berubah putih dan bentuk kanvas
tidak jelas) 5. Gerigi aus (stadium akhir), Tooth flank aus dan karet
melebar (lebar gigi berkurang) 6. Gerigi bawah retak 7. Gerigi ada yang
hilang 8. sisi belt ada yang aus Hal yang perlu
diperhatikan dalam
pemasangan Timing belt 1. Jangan membengkokkan,
melipat atau memutar timing
belt saat melepas timing belt.
2. Jangan biarkan timing belt
terkena oli, air atau steam. 3. bila timing belt akan dipakai
kembali, buatlah tanda panah untuk menandakan arah putar, agar saat
pemasangannya kembali arah putarnya sama. 4. Luruskan tanda timing pada
camshaft sprocket dan crankshaft sprocket dengan piston No.1 di TDC pada
langkah kompresi.
5. Periksalah tensioner pulley dan idler pulley apakah berputar
dengan lancar, periksalah gerak main dan suaranya, apakah grease pada
bearing kurang. 6. Bila timing belt sudah terpasang pada camshaft
sprocket, pastikan bahwa kelenturannya sudah cukup, dengan cara menekan
timingbelt tensioner pulley.
7. Putar crankshaft sebanyak satu putaran (searah jam) kemudian
luruskan kembali tanda pada crankshaft sprocket timing. Jangan memutar
crankshaft dengan arah berlawanan jarum jam. Crankshaft harus berputar
secara halus.
Jumat, 26 Oktober 2012
mengetopkan salah satu silinder
Cara mengetopkan salah satu silinder
TDC (Top Dead Center)
merupakan salah satu cara
standart untuk melakukan
penyetelan mesin,
pembongkaran/overhoul,
tune up atau penggantian timing belt. Dengan
mengetahui titik mati atas
piston di harapkan akan
mudah dalam proses
perakitan kembali mesin
mobil. Tentunya untuk belajar
otomotif harus mengetahui
TDC mesin dengan berbagai
cara simpel dan standar,
walau kita sebenarnya bisa
mengetahui top piston dengan berbagai metode,
namun yang sesuai
petunjuk pabrik sudah di
beri tanda pada pulley atau
roda gila(tergantung jenis
mesin). Beberapa cara untuk
mengetahui posisi TDC mesin
antara lain:
1. Melihat tanda di Pulley/Roda gila
(Flywell) . Untuk mesin umumnya sudah disertakan
tanda top dead center yakni
biasanya tanda pada pulley
harus lurus dengan angka
NOL (0) pada body mesin,
atau yang berada pada roda gila tanda angka NOL/ huruf
T harus lurus dengan tanda
pada body.
2. Melihat posisi nok as / noken as (cam shaft) . Nok as pada silinder yang
TDC posisi roker arm kondisi
bebas/ renggang tidak
menekan batang valve.
3. Melihat arah rotor distributor . untuk Setting timing yang sudah benar
bisa juga di lihat dari arah
rotor distributor, apabila
mengarah ke kabel busi no
1 berarti top silinder 1.
4. Melihat Posisi Piston melalui lobang busi . biasanya untuk yang masih
ragu juga bisa meyakinkan
posisi top dari lubang busi,
apabila langkah no 1,2 dan 3
sudah terlaksana. NB: untuk mesin HONDA sbaiknya perhatikan
arah putaran mesin,
kebanyakan ke kiri/
berlawanan dengan
jarum jam, kalau ingin
memastikan bisa kita starter dikit untuk
meyakinkan arah
putaran mesin.
TDC (Top Dead Center)
merupakan salah satu cara
standart untuk melakukan
penyetelan mesin,
pembongkaran/overhoul,
tune up atau penggantian timing belt. Dengan
mengetahui titik mati atas
piston di harapkan akan
mudah dalam proses
perakitan kembali mesin
mobil. Tentunya untuk belajar
otomotif harus mengetahui
TDC mesin dengan berbagai
cara simpel dan standar,
walau kita sebenarnya bisa
mengetahui top piston dengan berbagai metode,
namun yang sesuai
petunjuk pabrik sudah di
beri tanda pada pulley atau
roda gila(tergantung jenis
mesin). Beberapa cara untuk
mengetahui posisi TDC mesin
antara lain:
1. Melihat tanda di Pulley/Roda gila
(Flywell) . Untuk mesin umumnya sudah disertakan
tanda top dead center yakni
biasanya tanda pada pulley
harus lurus dengan angka
NOL (0) pada body mesin,
atau yang berada pada roda gila tanda angka NOL/ huruf
T harus lurus dengan tanda
pada body.
2. Melihat posisi nok as / noken as (cam shaft) . Nok as pada silinder yang
TDC posisi roker arm kondisi
bebas/ renggang tidak
menekan batang valve.
3. Melihat arah rotor distributor . untuk Setting timing yang sudah benar
bisa juga di lihat dari arah
rotor distributor, apabila
mengarah ke kabel busi no
1 berarti top silinder 1.
4. Melihat Posisi Piston melalui lobang busi . biasanya untuk yang masih
ragu juga bisa meyakinkan
posisi top dari lubang busi,
apabila langkah no 1,2 dan 3
sudah terlaksana. NB: untuk mesin HONDA sbaiknya perhatikan
arah putaran mesin,
kebanyakan ke kiri/
berlawanan dengan
jarum jam, kalau ingin
memastikan bisa kita starter dikit untuk
meyakinkan arah
putaran mesin.
menyetel karburator
Cara Menyetel Karburator
Mobil.
Ada 3 sekerup di karburator
yang memegang peran
penting membuat mesin
bensin menjadi optimal.
Berikut ini 6 cara menyetel
karburator mobil. 1. Sekrup idle up dikendorkan
tetapi AC dihidupkan.
Penyetelan berhenti ketika
sekrup itu tidak bisa lagi
merendahkan RPM mesin. 2. Sekerup RPM mesin
diturunkan RPM sampai
sekitar 500, atau sampai tidak
mati saja. 3. Sekarang mulaid engan
menyetel sekrup idle
(campuran udara dan bensin).
Putar sekrup ini ke kiri sampai
nyaris mati. Kemudian
kembali ke kanan sampai nyaris mati juga. Setelah itu
putar perlahan-lahan mencari
RPM tertinggi. Saat itulah kita
akan menemukan campuran
bensin dan udara terbaik. 4. Setelah menemukan
campuran terbaik, sekarang
setelah sekrup RPM sampai
700, 800, atau 900 sesuai
permintaan pembuat mesin. 5. Sekarang baru menyetelah
sekrup idle up AC. Hidupkan
AC, pasti RPM sudah
berkurang, turun dari semula.
Sekarang stel sekrup idle up
sampai mencapai RPM, biasanya 900 atau 1000. 6. Coba AC dimatikan, apakah
sekarang RPM idle ke RPM
yang diinginkan?
Mobil.
Ada 3 sekerup di karburator
yang memegang peran
penting membuat mesin
bensin menjadi optimal.
Berikut ini 6 cara menyetel
karburator mobil. 1. Sekrup idle up dikendorkan
tetapi AC dihidupkan.
Penyetelan berhenti ketika
sekrup itu tidak bisa lagi
merendahkan RPM mesin. 2. Sekerup RPM mesin
diturunkan RPM sampai
sekitar 500, atau sampai tidak
mati saja. 3. Sekarang mulaid engan
menyetel sekrup idle
(campuran udara dan bensin).
Putar sekrup ini ke kiri sampai
nyaris mati. Kemudian
kembali ke kanan sampai nyaris mati juga. Setelah itu
putar perlahan-lahan mencari
RPM tertinggi. Saat itulah kita
akan menemukan campuran
bensin dan udara terbaik. 4. Setelah menemukan
campuran terbaik, sekarang
setelah sekrup RPM sampai
700, 800, atau 900 sesuai
permintaan pembuat mesin. 5. Sekarang baru menyetelah
sekrup idle up AC. Hidupkan
AC, pasti RPM sudah
berkurang, turun dari semula.
Sekarang stel sekrup idle up
sampai mencapai RPM, biasanya 900 atau 1000. 6. Coba AC dimatikan, apakah
sekarang RPM idle ke RPM
yang diinginkan?
platina
Langkah-langkah
penyetelan platina
yaitu : 1. Topkan mesin pada silinder 1 TDC (Top Dead Center)
atau TMA (Titik Mati
Atas) merupakan salah
satu cara standart untuk
melakukan penyetelan
mesin, pembongkaran/ overhoul, tune up atau
penggantian timing belt.
Dengan mengetahui
titik mati atas piston di
harapkan akan mudah
dalam proses perakitan kembali mesin mobil. Adapun cara untuk
mengetahui TDC atau
TMA silinder 1 melalui
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Melihat tanda di
Pulley/Roda gila (Flywell)
Untuk mesin umumnya
sudah disertakan tanda
TDC yaitu biasanya
tanda pada pulley harus
lurus dengan angka NOL (0) pada body mesin,
atau yang berada pada
roda gila tanda angka
NOL/ huruf T harus lurus
dengan tanda pada
body. b. Melihat posisi nok as /
noken as (cam shaft)
Nok as pada silinder
yang TDC posisi roker
arm kondisi bebas/
renggang tidak menekan batang valve.
Periksa kerengangan
batang valve/conecting
rod dengan membuka
lubang pemasukan oli di
tutup kepala silinder, kemudian memasukan
jari tangan untuk
memastikan
memutarnya batang
valve. c. Melihat arah rotor
distributor.
Untuk Setting timing
yang sudah benar bisa
juga di lihat dari arah
rotor distributor, apabila mengarah ke
busi no.2 (saat tutup
distributor dilepas) atau
kabel busi no.1 (saat
tutup distributor
dipasang) berarti top silinder 1. d. Melihat Posisi Piston
melalui lobang busi.
Biasanya untuk yang
masih ragu juga bisa
meyakinkan posisi top
dari lubang busi apabila langkah no 1,2 dan 3
sudah terlaksana,
apabila busi belum
terpasang. 2. Posisikan platina pada
puncak nok (Nok Delco) Sebelum dilakukan
penyetelan platina
dengan obeng (-) dan
fuller gauge, terlebih
dahulu lakukan
pemeriksaan terhadap octan selector, dengan
menepatkan tanda
octan pada rumah
distributor dan
kondisikan kalau baut
distributor belum terpasang. Langkah
selanjutnya adalah
menggunakan aturan
dasar penyetelan
platina, yaitu : a.)
penyetelan dilakukan dengan menempatkan
fuller pada rubbing
block saat posisi platina
menutup (0,45 mm), b)
penyetelan dilakukan
dengan menempatkan fuller pada celah platina
dimana rubbing block/
ebonit menyentuh
ujung nok tertinggi
delco (0,40mm)/platina
membuka. Aturan yang kita ambil
adalah pada point b,
sebab apabila ebonit
menyentul ujung
tertinggi dari nok
dengan menggeser distributor ke kiri
penuh maka akan
dihasilkan akurasi/
ketepatan ukuran dan
tidak akan kuatir
apabila setelah distel platina akan menutup.
nb : Biasanya saat top
posisi ebonit/kaki
platina belum mencapai
puncak nok delco, jadi
tambah putaran mesin untuk mencapai posisi
puncak nok delko. 3. Kendorkan baut
pengikat platina Pengendoran baut
platina jangan terlalu
kendor, cukup setengah
putaran atau
seperempat putaran
saja. 4. Stel platina sesuai
spesifikasi mobil Pergunakan obeng (-)
dan fuller gauge ukuran
0,40 mm untuk
menyetel platina.
Setelah itu lakukan
langkah penyetelan yaitu ; a) Geser
distributor dan
tepatkan ebonit pada
permukaan rata pada
nok, setelah itu
kencangkan baut sebelah kiri pada ujung
bawah platina dan
jangan terlalu kencang.
b) Geser ke kanan penuh
distributor sampai titik
kontak membuka masukkan fuller gauge
dan stel dengan obeng
(-) hingga diperoleh
ketepatan fuller pada
titik kontak platina.
Selanjutnya kencang bautnya, demikian juga
kencangkan kembali
baut sebelah kiri.
Pekerjaan ini dilakukan
untuk memperoleh
tingkat akurasi yang tepat.
nb. : Ingat !! celah
platina berbanding
terbalik dengan sudut
dwell 5. Finishing Sebelum dilakukan
pengencangkan baut
distributor terlabih
dahulu kita periksa
dengan fuller ketepatan
celah platina dengan menggeser distributor
pada obonit tidak
menyentuh nok (posisi
rata) ukur celah rubbing
block-nok (0,45mm).
Selanjutnya geser distributor dengan
ebonit berada di ujung
tertinggi nok, kemudian
periksa celah platinanya
(0,40mm). Setelah
akurat, lakukan langkah selanjutnya
mencari derajat
pengapian secara
manual yaitu ON_kan
kunci kontak kemudian
geser distributor hingga diperoleh api percikan
pada awal
membukanya platina.
Selanjutnya
kencangkan baut
distributor. Apabila prosedur ini dilakukan
dengan baik hanya
butuh waktu kurang
dari 5 menit dan di
jamin hasil 100% pada
kondisi angka sudut dwell = 52o
Penyetelan platina
dilakukan untuk
mengembalikan kondisi
saat pengapian supaya
tepat dan menepatkan sudut dwell. Penyetelan
ini bisa di setting ulang
apabila kita mencari
derajat pengapian dan
sudut dwell yang belum
akurat setelah menggunakan alat
timing light dan tacho/
dwell tester.
Selamat mencoba!!!
penyetelan platina
yaitu : 1. Topkan mesin pada silinder 1 TDC (Top Dead Center)
atau TMA (Titik Mati
Atas) merupakan salah
satu cara standart untuk
melakukan penyetelan
mesin, pembongkaran/ overhoul, tune up atau
penggantian timing belt.
Dengan mengetahui
titik mati atas piston di
harapkan akan mudah
dalam proses perakitan kembali mesin mobil. Adapun cara untuk
mengetahui TDC atau
TMA silinder 1 melalui
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Melihat tanda di
Pulley/Roda gila (Flywell)
Untuk mesin umumnya
sudah disertakan tanda
TDC yaitu biasanya
tanda pada pulley harus
lurus dengan angka NOL (0) pada body mesin,
atau yang berada pada
roda gila tanda angka
NOL/ huruf T harus lurus
dengan tanda pada
body. b. Melihat posisi nok as /
noken as (cam shaft)
Nok as pada silinder
yang TDC posisi roker
arm kondisi bebas/
renggang tidak menekan batang valve.
Periksa kerengangan
batang valve/conecting
rod dengan membuka
lubang pemasukan oli di
tutup kepala silinder, kemudian memasukan
jari tangan untuk
memastikan
memutarnya batang
valve. c. Melihat arah rotor
distributor.
Untuk Setting timing
yang sudah benar bisa
juga di lihat dari arah
rotor distributor, apabila mengarah ke
busi no.2 (saat tutup
distributor dilepas) atau
kabel busi no.1 (saat
tutup distributor
dipasang) berarti top silinder 1. d. Melihat Posisi Piston
melalui lobang busi.
Biasanya untuk yang
masih ragu juga bisa
meyakinkan posisi top
dari lubang busi apabila langkah no 1,2 dan 3
sudah terlaksana,
apabila busi belum
terpasang. 2. Posisikan platina pada
puncak nok (Nok Delco) Sebelum dilakukan
penyetelan platina
dengan obeng (-) dan
fuller gauge, terlebih
dahulu lakukan
pemeriksaan terhadap octan selector, dengan
menepatkan tanda
octan pada rumah
distributor dan
kondisikan kalau baut
distributor belum terpasang. Langkah
selanjutnya adalah
menggunakan aturan
dasar penyetelan
platina, yaitu : a.)
penyetelan dilakukan dengan menempatkan
fuller pada rubbing
block saat posisi platina
menutup (0,45 mm), b)
penyetelan dilakukan
dengan menempatkan fuller pada celah platina
dimana rubbing block/
ebonit menyentuh
ujung nok tertinggi
delco (0,40mm)/platina
membuka. Aturan yang kita ambil
adalah pada point b,
sebab apabila ebonit
menyentul ujung
tertinggi dari nok
dengan menggeser distributor ke kiri
penuh maka akan
dihasilkan akurasi/
ketepatan ukuran dan
tidak akan kuatir
apabila setelah distel platina akan menutup.
nb : Biasanya saat top
posisi ebonit/kaki
platina belum mencapai
puncak nok delco, jadi
tambah putaran mesin untuk mencapai posisi
puncak nok delko. 3. Kendorkan baut
pengikat platina Pengendoran baut
platina jangan terlalu
kendor, cukup setengah
putaran atau
seperempat putaran
saja. 4. Stel platina sesuai
spesifikasi mobil Pergunakan obeng (-)
dan fuller gauge ukuran
0,40 mm untuk
menyetel platina.
Setelah itu lakukan
langkah penyetelan yaitu ; a) Geser
distributor dan
tepatkan ebonit pada
permukaan rata pada
nok, setelah itu
kencangkan baut sebelah kiri pada ujung
bawah platina dan
jangan terlalu kencang.
b) Geser ke kanan penuh
distributor sampai titik
kontak membuka masukkan fuller gauge
dan stel dengan obeng
(-) hingga diperoleh
ketepatan fuller pada
titik kontak platina.
Selanjutnya kencang bautnya, demikian juga
kencangkan kembali
baut sebelah kiri.
Pekerjaan ini dilakukan
untuk memperoleh
tingkat akurasi yang tepat.
nb. : Ingat !! celah
platina berbanding
terbalik dengan sudut
dwell 5. Finishing Sebelum dilakukan
pengencangkan baut
distributor terlabih
dahulu kita periksa
dengan fuller ketepatan
celah platina dengan menggeser distributor
pada obonit tidak
menyentuh nok (posisi
rata) ukur celah rubbing
block-nok (0,45mm).
Selanjutnya geser distributor dengan
ebonit berada di ujung
tertinggi nok, kemudian
periksa celah platinanya
(0,40mm). Setelah
akurat, lakukan langkah selanjutnya
mencari derajat
pengapian secara
manual yaitu ON_kan
kunci kontak kemudian
geser distributor hingga diperoleh api percikan
pada awal
membukanya platina.
Selanjutnya
kencangkan baut
distributor. Apabila prosedur ini dilakukan
dengan baik hanya
butuh waktu kurang
dari 5 menit dan di
jamin hasil 100% pada
kondisi angka sudut dwell = 52o
Penyetelan platina
dilakukan untuk
mengembalikan kondisi
saat pengapian supaya
tepat dan menepatkan sudut dwell. Penyetelan
ini bisa di setting ulang
apabila kita mencari
derajat pengapian dan
sudut dwell yang belum
akurat setelah menggunakan alat
timing light dan tacho/
dwell tester.
Selamat mencoba!!!
cara kerja sistem pengapian
Selama ini banyak orang
mengira bahwa mesin mobil
akan langsung menyala begitu
bunga api dari busi melompat.
Padahal tidak semudah itu,
untuk memantikan api dari busi sehingga mesin mobil
menyala dibutuhkan sebuah
proses panjang yang
melibatkan sejumlah
komponen. Komponen-komponen itu
adalah; distributor, koil, kabel
koil, kabel busi dan busi.
Ketika anda menyalakan
mobil -dan atas perintah
komponen yang dilalui oleh komponen-komponen
pengapian- api terpecik dari
busi dan memanaskan udara
serta bahan bakar diruang
bakar. Diruang bakar itu,
udara dan bahan bakar yang telah dipanaskan ditekan oleh
gerakan piston keatas pada
langkah kompresi. Beberapa
saat setelah proses kompresi
terjadi, barulah terjadi
ledakan yang menghasilkan langkah usaha. Proses tersebut berlaku pada
semua kendaraan-kendaraan
reli sampai saat ini. Tapi proses
pengapian seperti itu kurang
memuaskan karena sering
terjadi kegagalan (misfire) sehingga kinerja mesin
terganggu. Banyak factor
yang menyebabkan
terjadinya misfire, tapi
biasanya penyebab utamanya
adalah pengapian yang tidak tepat. Untuk mencegah misfire itu,
para pakar mencari solusi
dengan membuat bunga api
sebesar-besarnya sehingga
pemanasan bias lebih
dipercepat. Teknologi ini tetap saja tidak
memuaskan. Misfire tetap saja
terjadi. Pendapat bahwa
bunga api harus sebesar-
besarnya justru tidak
menjamin pengapian berjalan efektif dan efisien. Asumsi itu akhirnya bias
dianulir. Para peneliti menilai
bahwa ada dua hal terpenting
dalam system pengapian;
pertama adalah ketepatan
waktu (control timing) kapan percikan api terpantik dan
kedua harus tepat pada
silinder. Logikanya seperti ini;ruang
bakar (combustion chamber)
diibaratkan sebuah arus
sungai.Biasanya jika arus
sungai itu besar dan
permukaan airnya tinggi, maka tekanannya tinggi.
Sedangkan bunga api
diibaratkan sebagai orang
yang hendak menyeberangi
sungai itu. Pada arus sungai yang deras,
jauh lebuh gampang
menyeberangkan orang
berbadan kurus dibanding
gemuk. Pasalnya,
menyeberangkan orang yang gemuk akan mudah terbawa
arus dan membutuhkan
energi yang besar agar ia
sampai keseberang.
Sedangkan menyeberangkan
orang kurus akan lebih mudah karena bobotnya tidak terlalu
besar. Itulah analoginya.
Dengan demikian, yang besar
belum tentu akurat sampai
kesasaran dibandingkan
dengan yang tajam.
Akhirnya para ahli menilai
bahwa percikan api tidak
perlu terlalu besar, melainkan
mesti tajam dan tepat pada
sasaran. Makanya pada saat
sekarang ini busi berujung kecil antara 0,4mm-0,5mm.
lain dengan busi lama yang
ujungnya bias sampai 1,7mm.
Sekarang ini pun busi
berujung lebar ini masih
beredar. Meski busi telah diperbaharui,
masih juga ditemukan misfire.
Ini disebabkan adanya time
delay dari computer mobil ke
perangkatpengapian yang
memerintahkan busi untuk memercik. Pasalnya, sebelum
perintah dari computer sampai
ke busi, ia harus melewati
distributor dan arus dari koil.
Artinya, energi itu juga harus
melewati kabel koil dan kabel busi. Nah, kegagalan
pengapian ini juga bias
disebabkan kabel koil atau
kabel busi yang tidak beres
karena rusak. Untuk mengantisipasinya,
langksh pertama adalah
dengan menambah amplifier
untuk memperbesar dan
memperpanjang waktu
bunga api yang dipantik oleh busi. Inipun belum
memecahkan masalah.
Kemudian koil diperbanyak.
Setiap silinder memiliki satu
koil. Kabel busi masih tetap
dipakai, namun distributor ditiadakan. Artinya system
pengapian telah
menghilangkan satu
prosesnya, yaitu distributor. Seiring dengan perkembangan
waktu, ditemukanlah
teknologi yang lebih
sempurna. Koil langsung
ditempatkan tepat diatas busi.
Jadi setiap busi memiliki satu koil.Teknologi ini sudah
menghilangkan peran kabel
koil dan kabel busi. Bersamaan dengan itu pula,
system computer mobil reli
juga mengalami kemajuan
menakjubkan. Perangkat
computer itu bisa membaca
perintah-perintah mesin secara lebih detail, termasuk
menyempurnakan perintah
pada system pengapian.
Makanya sekarang ini voltase
koil mobil reli (baca World
Rally Car) lebih kecil disbanding mobil reli jaman
dulu. Namun memiliki spark atau
percikan energi jauh lebih
besar, yang dibantu program
computer yang canggih untuk
mengakurasikan waktu
pengapian yang tepat. Kecanggihan system
pengapian itu juga
berpengaruh pada tenaga
turbo yang diaplikasi pada
mobil reli. Pada system turbo,
kita mengenal adanya lag. Lag ini terjadi karena turbin
membutuhkan energi dalam
volume tertentu untuk
menggerakkan turbin
kompresornya guna
memadatkan udara keruang bakar. Lag ini rata-rata terjadi
sebelum 3000rpm. Makanya
pada waktu grup B masih ada,
salah satu pabrikan berupaya
mengatasi lag dengan
memakai supercharge diputaran bawah, dan turbo
baru bekerja diputaran atas. Hadirnya teknologi pengapian
yang canggih seperti
sekarang, membuat anti lag-
system muncul. Dengan
system ini, pengapian bisa
langsung ditingkatkan hingga lebih dari 40% begitu
pengemudi mengangkat gas
(lift throttle). Hal ini bisa
terjadi berkat perintah
computer berdasarkan switch
toggle atau persentasi posisi throttle. Dengan adanya
turbo, suhu di exhaust
manifold menjadi panas sekali.
Tak heran bila banyak orang
mengira bunyi mobil reli
meledak-ledak pada waktu lift throttle berasal dari mesin.
Padahal bukan! Sebetulnya suara itu bukan
berasal dari mesin, melainkan
dari exhaust manifold. Begitu
pereli melakukan lift throttle,
bahan bakar yang sudah
dipanaskan diruang bakar - dengan system pengapian
yang canggih- menyentuh
dinding exhaust manifold
yang bersuhu sangat panas.
Saat menyentuh dinding
exhaust manifold itulah terjadi ledakan. Karena
ledakannya terjadi sebelum
turbin exhaust turbo, maka
turbo tetap berputar. Itulah cara kerja pengapian
secara garis besar.
mengira bahwa mesin mobil
akan langsung menyala begitu
bunga api dari busi melompat.
Padahal tidak semudah itu,
untuk memantikan api dari busi sehingga mesin mobil
menyala dibutuhkan sebuah
proses panjang yang
melibatkan sejumlah
komponen. Komponen-komponen itu
adalah; distributor, koil, kabel
koil, kabel busi dan busi.
Ketika anda menyalakan
mobil -dan atas perintah
komponen yang dilalui oleh komponen-komponen
pengapian- api terpecik dari
busi dan memanaskan udara
serta bahan bakar diruang
bakar. Diruang bakar itu,
udara dan bahan bakar yang telah dipanaskan ditekan oleh
gerakan piston keatas pada
langkah kompresi. Beberapa
saat setelah proses kompresi
terjadi, barulah terjadi
ledakan yang menghasilkan langkah usaha. Proses tersebut berlaku pada
semua kendaraan-kendaraan
reli sampai saat ini. Tapi proses
pengapian seperti itu kurang
memuaskan karena sering
terjadi kegagalan (misfire) sehingga kinerja mesin
terganggu. Banyak factor
yang menyebabkan
terjadinya misfire, tapi
biasanya penyebab utamanya
adalah pengapian yang tidak tepat. Untuk mencegah misfire itu,
para pakar mencari solusi
dengan membuat bunga api
sebesar-besarnya sehingga
pemanasan bias lebih
dipercepat. Teknologi ini tetap saja tidak
memuaskan. Misfire tetap saja
terjadi. Pendapat bahwa
bunga api harus sebesar-
besarnya justru tidak
menjamin pengapian berjalan efektif dan efisien. Asumsi itu akhirnya bias
dianulir. Para peneliti menilai
bahwa ada dua hal terpenting
dalam system pengapian;
pertama adalah ketepatan
waktu (control timing) kapan percikan api terpantik dan
kedua harus tepat pada
silinder. Logikanya seperti ini;ruang
bakar (combustion chamber)
diibaratkan sebuah arus
sungai.Biasanya jika arus
sungai itu besar dan
permukaan airnya tinggi, maka tekanannya tinggi.
Sedangkan bunga api
diibaratkan sebagai orang
yang hendak menyeberangi
sungai itu. Pada arus sungai yang deras,
jauh lebuh gampang
menyeberangkan orang
berbadan kurus dibanding
gemuk. Pasalnya,
menyeberangkan orang yang gemuk akan mudah terbawa
arus dan membutuhkan
energi yang besar agar ia
sampai keseberang.
Sedangkan menyeberangkan
orang kurus akan lebih mudah karena bobotnya tidak terlalu
besar. Itulah analoginya.
Dengan demikian, yang besar
belum tentu akurat sampai
kesasaran dibandingkan
dengan yang tajam.
Akhirnya para ahli menilai
bahwa percikan api tidak
perlu terlalu besar, melainkan
mesti tajam dan tepat pada
sasaran. Makanya pada saat
sekarang ini busi berujung kecil antara 0,4mm-0,5mm.
lain dengan busi lama yang
ujungnya bias sampai 1,7mm.
Sekarang ini pun busi
berujung lebar ini masih
beredar. Meski busi telah diperbaharui,
masih juga ditemukan misfire.
Ini disebabkan adanya time
delay dari computer mobil ke
perangkatpengapian yang
memerintahkan busi untuk memercik. Pasalnya, sebelum
perintah dari computer sampai
ke busi, ia harus melewati
distributor dan arus dari koil.
Artinya, energi itu juga harus
melewati kabel koil dan kabel busi. Nah, kegagalan
pengapian ini juga bias
disebabkan kabel koil atau
kabel busi yang tidak beres
karena rusak. Untuk mengantisipasinya,
langksh pertama adalah
dengan menambah amplifier
untuk memperbesar dan
memperpanjang waktu
bunga api yang dipantik oleh busi. Inipun belum
memecahkan masalah.
Kemudian koil diperbanyak.
Setiap silinder memiliki satu
koil. Kabel busi masih tetap
dipakai, namun distributor ditiadakan. Artinya system
pengapian telah
menghilangkan satu
prosesnya, yaitu distributor. Seiring dengan perkembangan
waktu, ditemukanlah
teknologi yang lebih
sempurna. Koil langsung
ditempatkan tepat diatas busi.
Jadi setiap busi memiliki satu koil.Teknologi ini sudah
menghilangkan peran kabel
koil dan kabel busi. Bersamaan dengan itu pula,
system computer mobil reli
juga mengalami kemajuan
menakjubkan. Perangkat
computer itu bisa membaca
perintah-perintah mesin secara lebih detail, termasuk
menyempurnakan perintah
pada system pengapian.
Makanya sekarang ini voltase
koil mobil reli (baca World
Rally Car) lebih kecil disbanding mobil reli jaman
dulu. Namun memiliki spark atau
percikan energi jauh lebih
besar, yang dibantu program
computer yang canggih untuk
mengakurasikan waktu
pengapian yang tepat. Kecanggihan system
pengapian itu juga
berpengaruh pada tenaga
turbo yang diaplikasi pada
mobil reli. Pada system turbo,
kita mengenal adanya lag. Lag ini terjadi karena turbin
membutuhkan energi dalam
volume tertentu untuk
menggerakkan turbin
kompresornya guna
memadatkan udara keruang bakar. Lag ini rata-rata terjadi
sebelum 3000rpm. Makanya
pada waktu grup B masih ada,
salah satu pabrikan berupaya
mengatasi lag dengan
memakai supercharge diputaran bawah, dan turbo
baru bekerja diputaran atas. Hadirnya teknologi pengapian
yang canggih seperti
sekarang, membuat anti lag-
system muncul. Dengan
system ini, pengapian bisa
langsung ditingkatkan hingga lebih dari 40% begitu
pengemudi mengangkat gas
(lift throttle). Hal ini bisa
terjadi berkat perintah
computer berdasarkan switch
toggle atau persentasi posisi throttle. Dengan adanya
turbo, suhu di exhaust
manifold menjadi panas sekali.
Tak heran bila banyak orang
mengira bunyi mobil reli
meledak-ledak pada waktu lift throttle berasal dari mesin.
Padahal bukan! Sebetulnya suara itu bukan
berasal dari mesin, melainkan
dari exhaust manifold. Begitu
pereli melakukan lift throttle,
bahan bakar yang sudah
dipanaskan diruang bakar - dengan system pengapian
yang canggih- menyentuh
dinding exhaust manifold
yang bersuhu sangat panas.
Saat menyentuh dinding
exhaust manifold itulah terjadi ledakan. Karena
ledakannya terjadi sebelum
turbin exhaust turbo, maka
turbo tetap berputar. Itulah cara kerja pengapian
secara garis besar.
3 hal terkait dengan prmbakaran
Idealnya, sekali memutar
kunci kontak, mesin
langsung hidup dan
kendaraan siap dijalankan.
Waspadalah jika Anda musti
memutar kunci kontak berkali-kali setiap kali akan
menghidupkan mesin,
terutama mesin dengan
bahan bakar bensin. Kesulitan menghidupkan
mesin berbahan bakar
bensin seperti kasus di atas
terkait dengan masalah
sempurna atau tidak
sempurnanya pembakaran. Pembakaran akan
berlangsung sempurna
dengan syarat: kompresi
yang sesuai dengan
spesifikasi mesin, campuran
bahan bakar - udara yang tepat, dan percikan bunga
api yang kuat serta tepat. Karena itu, ada tiga
kemungkinan jika mesin
tidak langsung "greng"
ketika kunci kontak kita
putar. 1.Kompresi. Bila kompresi
yang dihasilkan mesin lebih
rendah dari yang
dibutuhkan, sudah tentu
akan mempersulit
terjadinya pembakaran. Praktis mesin sulit hidup.
Kekurangtepatan ini bisa
terjadi karena celah katup
yang tidak tepat, terjadi
keausan pada dudukan dan
kepala katup, banyak kerak karbon pada kepala dan
dudukan katup. Bisa pula
karena ring piston aus,
dinding silinder aus, atau
gasket silinder head retak.
Kerusakan pada komponen- komponen di atas dapat
menyebabkan kebocoran
kompresi sehingga tekanan
yang dihasilkan mesin
rendah. 2.Campuran bahan bakar
dan udara. Kekurangtepatan
campuran kedua unsur ini
disebabkan oleh setelan
campuran yang terlalu
rapat / renggang pada Idle Mixture Adjusting Screw
(IMAS) di karburator. (Pada
mesin dengan sistem injeksi,
hal ini biasanya terjadi
karena setelan pada variabel
resistor tidak tepat.) Juga bisa disebabkan karena
kotornya saluran bahan
bakar, saringan bahan bakar
dan saringan udara. 3.Bunga api. Percikan bunga
api yang kurang kuat dan
kurang tepat juga dapat
menyebabkan mesin susah
hidup. Kondisi ini biasanya
dipicu oleh platina yang sudah aus, lemahnya daya
serap kondensor atau pun
karena nilai tahanan
kumparan pada coil
pengapian sudah tinggi
akibat panas. Selain itu, percikan yang lemah dan
tidak tepat juga dapat
disebabkan oleh tahanan
kabel busi yang tinggi dan
celah busi yang terlalu besar. Kebanyakan pengendara
mendiamkan saja jika
mengalami kasus mesin
yang sedikit susah hidup.
Mungkin karena mesin
masih dapat dihidupkan setelah beberapa kali kunci
kontak diputar. Padahal,
apabila dibiarkan bukan tak
mungkin muncul dampak
yang jauh lebih buruk:
baterai soak misalnya. Baterai dapat soak karena
pemakaian arus listrik yang
berlebihan pada saat
distarter. Selain baterai soak, apabila
terjadi campuran yang tidak
tepat (pembakaran yang
tidak sempurna) yang jelas
konsekuensi berikutnya
adalah tenaga mesin berkurang dan konsumsi
bahan bakar menjadi boros. Sebetulnya, setingan mesin
yang mendukung
kesempurnaan sistem
pembakaran dapat terjaga
apabila pengendara tidak
mengabaikan jadwal engine tune up secara periodik.
Karena, pada saat ini akan
dilakukan penyetelan-
penyetelan dan
pemeriksaan komponen-
komponen mesin. Jadi, ingat. Jangan lupakan
engine tune up secara
periodik. Selain demi
kenyamanan dan
keamanan, dari sana
problem-problem kecil akan dicegah agar tidak
membesar.
kunci kontak, mesin
langsung hidup dan
kendaraan siap dijalankan.
Waspadalah jika Anda musti
memutar kunci kontak berkali-kali setiap kali akan
menghidupkan mesin,
terutama mesin dengan
bahan bakar bensin. Kesulitan menghidupkan
mesin berbahan bakar
bensin seperti kasus di atas
terkait dengan masalah
sempurna atau tidak
sempurnanya pembakaran. Pembakaran akan
berlangsung sempurna
dengan syarat: kompresi
yang sesuai dengan
spesifikasi mesin, campuran
bahan bakar - udara yang tepat, dan percikan bunga
api yang kuat serta tepat. Karena itu, ada tiga
kemungkinan jika mesin
tidak langsung "greng"
ketika kunci kontak kita
putar. 1.Kompresi. Bila kompresi
yang dihasilkan mesin lebih
rendah dari yang
dibutuhkan, sudah tentu
akan mempersulit
terjadinya pembakaran. Praktis mesin sulit hidup.
Kekurangtepatan ini bisa
terjadi karena celah katup
yang tidak tepat, terjadi
keausan pada dudukan dan
kepala katup, banyak kerak karbon pada kepala dan
dudukan katup. Bisa pula
karena ring piston aus,
dinding silinder aus, atau
gasket silinder head retak.
Kerusakan pada komponen- komponen di atas dapat
menyebabkan kebocoran
kompresi sehingga tekanan
yang dihasilkan mesin
rendah. 2.Campuran bahan bakar
dan udara. Kekurangtepatan
campuran kedua unsur ini
disebabkan oleh setelan
campuran yang terlalu
rapat / renggang pada Idle Mixture Adjusting Screw
(IMAS) di karburator. (Pada
mesin dengan sistem injeksi,
hal ini biasanya terjadi
karena setelan pada variabel
resistor tidak tepat.) Juga bisa disebabkan karena
kotornya saluran bahan
bakar, saringan bahan bakar
dan saringan udara. 3.Bunga api. Percikan bunga
api yang kurang kuat dan
kurang tepat juga dapat
menyebabkan mesin susah
hidup. Kondisi ini biasanya
dipicu oleh platina yang sudah aus, lemahnya daya
serap kondensor atau pun
karena nilai tahanan
kumparan pada coil
pengapian sudah tinggi
akibat panas. Selain itu, percikan yang lemah dan
tidak tepat juga dapat
disebabkan oleh tahanan
kabel busi yang tinggi dan
celah busi yang terlalu besar. Kebanyakan pengendara
mendiamkan saja jika
mengalami kasus mesin
yang sedikit susah hidup.
Mungkin karena mesin
masih dapat dihidupkan setelah beberapa kali kunci
kontak diputar. Padahal,
apabila dibiarkan bukan tak
mungkin muncul dampak
yang jauh lebih buruk:
baterai soak misalnya. Baterai dapat soak karena
pemakaian arus listrik yang
berlebihan pada saat
distarter. Selain baterai soak, apabila
terjadi campuran yang tidak
tepat (pembakaran yang
tidak sempurna) yang jelas
konsekuensi berikutnya
adalah tenaga mesin berkurang dan konsumsi
bahan bakar menjadi boros. Sebetulnya, setingan mesin
yang mendukung
kesempurnaan sistem
pembakaran dapat terjaga
apabila pengendara tidak
mengabaikan jadwal engine tune up secara periodik.
Karena, pada saat ini akan
dilakukan penyetelan-
penyetelan dan
pemeriksaan komponen-
komponen mesin. Jadi, ingat. Jangan lupakan
engine tune up secara
periodik. Selain demi
kenyamanan dan
keamanan, dari sana
problem-problem kecil akan dicegah agar tidak
membesar.
Langganan:
Postingan (Atom)